"Bunga Api" –Prosa Roman–

PERHATIAN!!!
Karakter, tempat, dan waktu kejadian diambil dan terinspirasi dari salah satu adegan pada novel karangan berjudul Love in Japan: An Unforgettable Memory yang direka ulang. Semua karakter, tempat, dan waktu kejadian adalah fiksi irisan.
Sama sekali tidak bermaksud menyindir ataupun menjatuhkan pihak manapun.
Ditujukan hanya untuk hiburan dan bacaan dikala waktu luang.

-Penulis-

NB:
Jika ingin menonaktifkan/menjeda musik, silahkan pergi ke pojok bawah artikel ini.
Terima kasih~


Ilustrasi


     Hari ini, malam ini, aku menghadiri festival musim panas di tepi danau Kawaguchi.
     Aku mengajak teman cewek sekampusku, Izumi Katsumi. Aku berharap dapat berteman akrab dengannya sejak pertama kali bertemu.
     Alasanku pergi ke tempat ini ialah menanti luncuran bunga api yang kata orang orang akan saa~ngat indah.

(2 hari sebelum festival)

"Iya loh! Minggu lusa lalu aku pergi ke festival itu di kampung ayahku, bagus banget!"

"Kau harus pergi kesana!"

"Iya, sangat ramai!" sorak para cewek cewek kampus yang sedang duduk berkumpul di sebelahku pada taman kampus. Kebetulan saat itu aku sedang belajar sebentar dan duduk tepat disebelah meja taman yang mereka duduki.

"Apa benar festival kembang api itu sangat indah, Tadashi-san?" tanyaku pada senior kampus sekaligus ketua Organisasi Mahasiswa, Tadashi Takayama-san, ketika kami berpapasan saat jam kuliah telah usai.

"Yah, begitulah. Pergilah kesana, itu akan sangat menyenangkan bagimu."

"Apa ada syarat untukku pergi kesana?" tanyaku lagi.

"Mmmm... tidak ada, hanya saja ... ajak orang yang bagimu berarti. Sahabat atau mmmm... pacar? Itu akan membuat suatu kenangan yang mungkin tak 'kan terlupakan."

"Konyol! Aku tak pernah sekalipun terpikir akan berpacaran tau!"

"Ahahaha, aku hanya bercanda. Siapa tahu jika teman cewek yang kau ajak, ia bisa saja tiba tiba tertarik padamu. Kesempatan!"

"Hei, apa'an sih!"

"Ahahaha..."

"Dan, bagaimana jika kau kutawari ikut bersamaku? Aku takut sesuatu yang tak di'inginkan terjadi tanpa panduan dari siapapun."

"Danau Kawaguchi? Hari Kamis ya? Maaf, aku banyak jam sibuk dihari itu. Jadi, aku tak dapat ikut bersamamu, sekali lagi maaf." ujar Tadashi-san.

"Begitu ya, baiklah tak apa."

("Oh ya, lantas bagaimana dengan Izumi-san? Jika kutawari, apa ia akan menerimanya?") batinku.

     Aku lalu menemui Izumi-san, senior cewek satu tingkat diatas ku sekaligus teman dekat ku, aku menawarinya ikut pergi bersama ke festival bunga api di danau Kawaguchi.

"Apa kau mau, Izumi? Jika tidak, juga tidak apa apa. Aku tak memaksa."

"Mau, aku mau, aku menerima tawaranmu."

"Sungguh?!"

     Izumi mengangguk.

"Yeeaayy! Baiklah, nanti akan kukabari lagi ya!"

...

"Iya ... akan kutunggu." sahutnya.

     Begitulah akhirnya aku dapat mengajaknya pergi bersama. Sejujurnya aku pikir akan cukup canggung jika kami berjalan bersama pula nantinya. Kami menaiki bis untuk pergi kesana.

     Kami tiba cukup terlambat, hingga berlari menuju tepi danau selepas datang di halte terdekat. Ketika sampai, aku terdiam kagum pada pesona indahnya langit malam. Kepalaku terus menengadah keatas, terus memandangi kemilau bintang yang berserak pada arah semesta, dengan danau berlatar gunung yang diselimuti gelap.

     Ramai orang yang juga menghadiri acara festival ini, hingga menimbulkan lautan manusia hingga 2 Kilometer dari sini. Untungnya kami berangkat lewat sisi Barat yang tak terlalu banyak orang hingga berdesak-desakan.

     Bulan separuh belah termakan raksasa angkasa, ikut menghiasi langit bersama para bintang.

     Tiba-tiba, satu luncuran bunga api pembuka terbang meluncur lalu meledak membentuk lingkaran bercahaya.

     Kami terpukau, cahaya nya terang menyinari wajah kami.
     Langit kian indah, menunjukkan pesona dibalik seramnya kegelapan malam. Semua orang ikut terpukau, terbukti dari wajah orang orang sekitar yang terus diam menyaksikan satu persatu luncurannya.

     Izumi lalu menggenggam erat tanganku seraya berkata.
"Ayo ikut aku!"

     Tanpa pikir panjang, ia langsung saja menarik lenganku tanpa menunggu persetujuan dariku. Aku hampir jatuh karena terlalu mendadak.

"H-Hei, kita akan kemana?" tanyaku.

     Ia diam saja, ku pikir suaraku tak terdengar.
     Aku hampir terjatuh lagi karena tergelincir bebatuan kerikil.
"Hei, pelan-pelan dong!" ujarku sedikit keras.

"Makanya hati-hati." Ia lalu tertawa.

     Tawanya kali ini terdengar berbeda, aku menyadarinya.
Genggaman tangannya makin erat mungkin menjagaku agar tak terjatuh lagi.
Tapi mengapa tak pelan pelan saja jika ia tak mau aku jatuh?

     Letusan bunga api pada langit menyinari wajah anggunnya, menampakan suatu hal dari raut wajahnya bahwa ia sedang mengharapkan sesuatu.

     Perlahan aku mulai terpikat olehnya. Rambut nya panjang tergerai, menutupi mata nya yang sedang diam-diam melirikku dengan tumpahan air mata yang akhirnya jatuh menetes di kulit.

     Aku sadar akan hal itu, lalu bertanya.
"I-Izumi ... kau baik-baik saja?"

     Ia lalu berhenti, melepas genggaman tangannya, lalu berbalik ke arahku.
     Matanya sayu, cahaya bunga api terus meneranginya hingga terciduk sedang benar-benar mengeluarkan air mata.

     Lalu berkata.
"Aku ... menyukaimu!" Secara terang-terangan tanpa kata pengantar.

     Aku terkejut, air matanya terus jatuh.
"Hei, kenapa menangis? Kau berhasil menyampaikan pesan itu, kan?" tanyaku.

     Perlahan jari ku mengusap air matanya sebelum siap jatuh. Sinar bunga api kembali menyinari kami, menandakan festival masih berlanjut.

"Eh, aku tidak apa apa kok. Kau mendengarnya ya, padahal aku sempat ragu akan mengatakannya, eh sudah terlanjur terucap, aku tak apa apa kok, sungguh!" jelasnya sambil mengusap mata berkali-kali.

     Aku lalu mendekat pada Izumi, perlahan kembali menggenggam telapak tangannya. Sekujur lengannya seketika kaku, ia menundukkan kepalanya seusai menatapku.
     Lalu aku memberanikan diri berkata.
"Aku menerimamu menjadi bagian dalam hidupku, Izumi."

"Jadi, jangan menangis lagi ya!" ujarku lalu tersenyum.

"Oh ya, dan jangan menjadi kembang api."

     Izumi lalu mengusap air matanya yang masih tersisa sambil bertanya.
"Eh, k-kenapa begitu? Bunga api itu kan indah?"

"Yah, walaupun indah, keindahannya hanya sesaat. Sama dengan bunga sakura, indah nan menyejukkan hati, tapi hanya sebentar. Aku tak ingin dirimu hanya sebentar dan sekedar melintas dalam hidupku."

"Singkatnya ... aku ingin terus denganmu."


--Tamat--



Ilustrasi



Pojok Catatan:

Wkwkwkwk, nggak kuat nulis ginian Ya Allah. Gimana? Sudah pas bucin dan gombal-an (anak lugu) nya?🙃
Prosa satu ini re-create (reka ulang/disusun ulang) dari salah satu adegan di novel Love in Japan yang ending adegan nya nyimpang jauh dengan adegan asli di novel nya. Huhu~
Kenapa nggak dibuat gini aja sih mas Penulis? :)

-Penulis-


Terima kasih!!!


Prosa ini ditulis oleh:
A. Arya Maulana
(Penulis novel Love in Japan: An Unforgettable Memory)
  

Sosial Media:

Instagram:   @arya_1428
Youtube:       Arya Maulana
Twitter:        @aryamaulana_id


Love in Japan: An Unforgettable Memory
©A. Arya Maulana, 2021

Komentar

  1. bagus banget, aku penasaran bagaimana Izumi bisa menyukai sang tokoh utama? apakah cinta pada pandangan pertama atau sang tokoh utamanya merupakan tipe ideal bagi Izumi?

    BalasHapus
  2. Oh my god. This is definitely awesome, no doubt. Love the story.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Papercraft Dead Body Among Us

—Aku, kamu, kita, dan Surabaya— Pt. 1

Devar Craft Alpha version 0.1 (Release For Windows 7,8,10)